Kolonisasi di Amerika
·
Latar belakang
Pada akhir
abad 16, monarki tudor telah mengubah kerajaan inggris sebagai kekuatan utama
di eropa yang siap bersaing dengan negara-negara lainnya dalam melakukan
eksploitasi benua baru. Setelah keluar dari krisis monarki abad ke 15 yang di
kenal dengan “wars of roses” atau perang-perang bunga ros dalam tubuh keluarga
monarki, inggris memasuki abad ke 16 memperoleh pemerintahan yang kuat di dalam
negeri. Tampilnya keluarga tudor oleh Henry VII (1485-1509) dan Henry VIII (1509-1547)
ditandai dengan upaya mempersatukan keluarga monarki yang bertikai dan
menyatukan kesetiaan semua warga negara terhadap tahta kerajaan. Pada masa
pemerintahannya, henry VII telah memperoleh kekuasaanya atas semua keluarga
kerajaan, kecuali kekuasaan paus di roma. Setelah memperoleh kekuatan politik
di dalam negeri, henry berusaha meningkatkan kekuatan ekonomi dalam negeri
melalui perdagangan luar negeri. Sistem pemagaran tanah (enclosure) telah mampu
meningkatkan produktifitas pertanian dan peternakan sehingga mampu meningkatkan
ekonomi inggris melalui ekspor wool dan hasil pertanian. Sistem tersebut juga
menguntungkan golongan tuan tanah dan para pedagang. Namun demikian, akibat
dari sistem tersebut telah banyak petani yang kehilangan lahan garapannya dan
meningkatnya urbanisasi. Antara tahun 1560-1625 penduduk inggris telah
meningkat tiga kali lipat sehingga menimbulkan kesan pada pemerintah dan warga
inggris bahwa kota-kota besar mereka telah over populated. Untuk mengatasinya,
pemerintah inggris berusaha mencari koloni baru sebagai tempat tinggal baru.
Amerika sebagai benua baru merupakan pilihan utama untuk tujuan itu. Kaum
migran yang dikirim inggris diharapkan mampu meningkatkan produktifitas untuk
meningkatkan perekonomian kerajaan inggris.
·
Tujuan
§ Mencari
daerah koloni untuk mengurangi kepadatan penduduk di Inggris pada saat itu dengan
cara melakukan migrasi. Hal ini juga membantu dalam mengatasi berbagai masalah
sosial akibat kepadatan penduduk, seperti kekurangan lapangan kerja.
§ Mengingat
Inggris adalah negara Industri, maka Inggris membutuhkan daerah koloni yang
memiliki bahan baku dan untuk dijadikan daerah pemasaran agar mampu
meningkatkan produktifitas perekonomian Inggris.
B.Perkembangan
Koloni-koloni di Amerika Utara
Setelah datangnya Colombos di Benua baru banyak
berdatangan orang Spanyol dan Prancis di Amerika hingga akhirnya Mexico ,
Amerika tengah, dan Amerika selama menjadi jajahan Spanyol dan Brazilia menjadi
jajahan Portugis.Tinggal Amerika Utara yang belum dikuasai dan mulai abad XVII
berdatanglah orang Prancis , Belanda, Inggris saling berebut daerah
kekuasaan Dalam upaya penakhulakannya
seperti halnya Spanyol Hernando Cortes terhadap suku Aztek di mexico, Fransisco
Pizarro terhadap suku Inca di Peru, Gonzalo Jimenes de Quesada atas
Colombia, Pedro de Valdivia atas chili dan Pedro Alvares Cabral
dari Portugal terhadap Brasil.
a. Koloni Inggris Yang Dibiayai oleh Kerajaan
Inggris yang datang lebih akhir di pantai
Amerika Utara, bangsa Prancis yang telah menduduki New Faunland dan daerah
ditepi sungai St Lawrence maka inggris tinggal menyelidiki daerah antara
jajahan Prancis dan Spanyol. Disebelah selatan Potomac, sir Walter Ralaigh
datang untuk mencari emas tetapi yang ditemukan tumbuhan aneh yang dinikmati asabnya.Raleigh
sendiri menjadi penggemar tumbuhan tersebut, yang kemudian lahirlah kebutuhan
merokok dan derah itu diberi nama Virginia(tanah gadis)serta dijadikan daerah
jajahan , dengan harapan dapat memuliakan raja inggris, sebab ini memberikan
prospek yang sangat baik. Kemudian raja Inggris memberika hadiah hak untuk
membangun koloni awal. Daerah tersebut ditetapkan sebagai the Virginia
Company of London.
b. Koloni yang dibangun atas dasar compact(perjanjian)
Kedatangan Kum puritan di New England dan dikoloni
Virginia merindukan suasana kebebasan dalam kehidupan keagamaan yang baik
dibawah aturan gereja.
c. Koloni yang dibangun atas dasar Proprietary
Dari 13 koloni yang berhasil dibangun pembentuk
bansa Amerika sampai dengan tahun 1775, kecuali Virginia dan New England
dibangun atas dasar Proprietorship. Dalam hal ini orang yang diberi hak
memiliki dan membangyn sebuah koloni mengatur sendiri koloninya.
C. Kehidupan Awal Para Kolonis
Orang-orang yang datang belakangan
dibandingkan dengan orang Spanyol ,
Perancis dan Portugis mulai berdatangan di
Amerika pada awal abad XVII. Para pendatang tersebut saling berebut
untuk memperoleh daerah pemukiman. Pada waktu perjalanan Sir Walter Raleigh yang datang mencari emas, ternyata yang
diketemukan adalah tunmbuhan aneh. Oleh orang Indian setelah digulung, di bakar
dan dimasukkan kedalam mulut yang menimbulkan kecanduan (merokok) yang menjadi
kegemarannya.
1. Kehidupan
Perekonomian Daerah Koloni
Pengenalan akan tembakau oleh penduduk anak
negeri ini ternyata digemari juga oleh Raleigh dan orang-orang Eropa termasuk
orang inggris. Dalam perkembangannya daerah sepanjang sungai Potomac yang merupakan penghasil
tembakau tersebut adalah Virginia. Sekalipun emas yang ditemukann disana, akan
tetapi tanaman tembakau merupakan prospek komoditi perdagangan masa depan yang
menjanjikan untuk dipasarkan ke negara-negara Eropa.
a. Kreativitas petualang dalam pemanfaatan dan pengolahan tanah kosong adalah
pada mulanya banyak mengalami kesulitan. Daerah yang masih hutan rimba yang
subur diperlukan penanganan yang luar biasa dan serius. Pada awalnya sampai
dengan tahun ke tujuh banyak yang tidak kerasan tinggal di Amerika, akan tetapi
dalam perkembangannya mereka dapat menikmati hidup yang baik berkat usaha
kerasnya untuk menaklukan hutan belantara. Para tenaga kerja untuk dipekerjakan
di perkebunan-perkebunan tembakau banyak yang didatangkan dari Afrika dan
Hindia Barat. Di daerah Selatan seperti Virginia,Georgia, Maryland, Carolina
tumbuh sebagai daerah pertanian dan perkebunan. Keberadaan sungai besar seperti
Potoimac yang dalam merupakan jalur lalulintas dagang yang sangat
menguntungkan.
Perkembangan
pertanian dan perkebunan di Amerika pada masa awaltidak lepas juga peranan dari
usahawan-usahawan besarvyang ada di negeri induk. Berkembangnya perdagangan dan
hubungan antara koloni dengan negeri induk mendorong tumbuh suburnya jaringan
dagang. Banyaknya “Agents of Trade” (agen-agen dagang) dibuka, para
pedagang datang dan pergi ke Amerika dengan bahagia, karena keuntungan mereka
yang besar.kemakmuran yang dicapai oleh para kolonis berkat alamnya yang subur,
kerja keras, ulet dan semangat pantang menyerah.
Sampai
dengan tahun 1750 terjadi triagulasi pedagangan yang harmonis antara kolonis
diAmerika- Inggris dan Afrika. Jaringan dagang yang sangat baik tersebut
terutama untuk komoditimanufaktur seperti: Wine,
(minuman anggur), Fruit
(buah-buahan), Tabacco (tembakau), Rice (gandum), Salt (garam), Fish (ikan
daging), Textil (kain-kapas), dan Indigo
(nila pewarna) serta hasil hutan seperti kayu dari Amerika sangat bagus
kualitasnya untuk galangan kapal.
b.
Peternakan
Dalam bidang peternakan, di Amerika tersedia padang rumput yang sangat
luas. Para pemburu harta banyak yang memulai usahanya dari nol. Mereka akhirnya
dapat menemukan sumber-sumber baru kehidupan di dunia baru. Di bagian barat
dengan tektur tanah yang terdiri dari kombinasi tanah padang pasir, merupakan
padang rumput yang sangat luas dan subur. Hewan ternak seperti sapi banyak
sekali dijumpai di Amerika.
Dalam sejarah peternakan sapi yang mengaggumkan di wilayah barat adalah “Texas longhorn” (sapi bertanduk panjang)
dari Texas. Diyakini hewan-hewan ini berasal dari nenek moyangnya bangsa
Spanyol, dan mempunyai tubuh yang besar merupakan penghasil daging yang banyak.
Sapi-sapi jenis longhorn dikenal
sebagai sapi liar dan setelah berhasil ditangakap kemudian ditandai dengan
menggunakan cap atau tanda pengenal lainnya.
Lambang kebanggaan para pengembala sapi di padang rumput hijau nan luas
yang hampir tak terhingga luasnya disebut “Cowboy”.
Senjatanya menjadi lambang kebandelan dan kepercayaan diri yang khas. Sementara
itu untuk sapi-sapi di wilayah Timur para peternak Eropa biasanya memanjakan ternak mereka.
Ternak-ternak tersebut dipelihara seperti model Eropa, diberi makan,
dimandikan, dikandangkan. Menurut certita para koboi sapi-sapi yang banyak
dipelihara di daerah Timur tersebut “Shorthorn”
(sapi bertanduk pendek) dan jinak. Hasil peternakan mereka dalam
perkembangannya menjadi sangat menguntungkan, selain daging, kulitnya juga
susunya.
c. Pendidikan di Daerah Koloni
Para kolonis Amerika hidup atas dasar etika Kristen. Mas-sachusetts Bay
Colony mempunyai perhatian yang sangat besar dalam bidang pendidikanbagi anak
mereka. Di kota ini setiap 50 keluarga, mendirikan sekolah dengan guru
laki-laki dengan pelajaran utama : membaca, menulis, dan aritmatika. Sedangkan
untuk setiap 100 keluarga membangun “Grammar
School” (sekolah bahasa), sebagai persiapan pendirian sebuah College (sekolah menengah).
Dalam tahun 1636, di Massachusset pada pemukiman awal telah memikirkan
perlunya sekolah bagi anak mereka. Di sinilah lahirnya Harward Collage, di perguruan inilah banyak anak-anak petani yang
dididik dalam ilmu hukum. Lain halnya dengan yang terjadi di New England, para
kolonis tidak secepat Massachusset dalam mengusahakan persekolahan.
Antara tahun 1746 sampai dengan 1769, berdiri beberapa lembaga pendidikan
seperti: Collage of New Yerssey
(Princeton), University of Pennsylvania, King’s Collage di Colombia. Dengan
pertemuannya dengan kebudayaan dan etniklain membentuk “American Nations Charter” (watak bangsa Amerika).
D. Imigran
Bangsa-Bangsa Diluar Orang Inggris
Amerika Serikat merupakan komunitas yang besar dengan etnik
yang majemuk. Dari sekian banyak komunitas yang terbesar dan paling berpengaruh
adalah yang berasal dari Great Britain
(Inggris Raya) yang kental dengan budaya Anglo
Saxon. Setiap etnik antara satu dengan yang lain berbeda, ia dipengaruhi
oleh faktor-faktor lokasi, asal mula, kondisi saat mereka datang, keterampilan
dan kebudayaan serta pola pikirnya.
Pengusiran terhadap orang-orang Indian sering kali dilakukan
oleh para pendatang Eropa. Pada masa revolusi kemerdekaan orang Indian ini
memihak Inggris. Keberpihakan terhadap Inggris dilatar belakangi karena pada
hakekatnya takut kehilangan wilayahnya. Setelah revolusi kemerdekaan selesai,
dengan berbagai cara orang-orang kulit putih melakukan pengusiran baik secara
legal maupun ilegal terhadap masyarakat Indian. Pertentangan antara kulit putih
dengan Indian biasanya diselesaikan dengan suatu perjanjian dimana perjanjian
tersebut seringkali merugikan orang Indian. Perjuangan untuk mempertahankan
diri dari tekanan para pendatang sering terjadi pertempuran. Namun karena
tingkat kemampuan mereka kalah, akhirnya kalah dan sepakat berunding dengan
pihak orang kulit putih atau pemerintahan Amerika Serikat.
1. Etnis
Irlandia-Skotlandia
Orang
Irlandia merupakan etnik minoritas terbesar pertama di kota-kota Amerika. Orang-orang yang berasal dari Irlandia pada masa
awal banyak yang tidak dapat berbahasa Inggris, hal ini menyulitkan orang
Irlandia pada masa awal. Daerah hunian terbesar bagi etnis asal Irlandia di
daerah Pennsylvania, lembah Shenandoah di Virginia, wilayah Piedmon
di Carolina. Mata pencaharian utama
adalah petani yang bebas, teetapi mereka bukan pemilik perkebunan atau budak.
2. Etnis
Belanda-Jerman
Orang-orang
belanda berhasil membangunsebuah koloni New
Amsterdam yang nantinya menjadi New
York pada tahun 1620. Sedang Etnis Jerman mempunyai pengaruh dalam kehidupan
Amerika cukup besar. Bahasa Jerman banyak digunakan untuk nama fasilitas umum,
pohon natal merupakan tradisis Jerman yang selanjutnya diadopsi di Amerika.
Pada masa revolusi kemerdekaan peran orang-orang etnis Jerman memberikan
sumbangan yang berarti. Mereka dikenal sebagai prajurit yang memiliki tradisi
militer yang tangguh.
3. Etnis Yahudi-Italia
Orang Yahudi yang datang di Amerika pada masa kolonial adanya
golongan orang yahudi Sephradik, yang
sudah berabad-abad meninggalkan tanah leluhurnya dan menyebar kenegara-negara
Eropa. Salah satu yang menarik untuk dicermati adalah, bahwa bangsa Yahudi
mempunyai pengalaman yang sama sebagai bangsa minoritas dengan perlakuan yang
kurang baik. Pada abad ke-17, kebijakan pemerintah Inggris di koloni Amerika
memberi kebebasan yang lebih besar terhadap orang yahudi. Jumlah orang Yahudi
yang berada di Amerika makin lama makin banyak terutama pada abad ke-19.
Orang Italia yang datang ke Amerika berasal dari bagian
selatan, daerah ini merupakan tanah agraris, pedesaan dan mereka hidup
sederhana dan melarat. Ciri khas orang Italia adalah hidup dengan sangat
sederhana dan hemat, mereka kurang memperhatikan keperluannya sendiri.
4. Etnis China
Kehidupan etnis China di Amerika dapat mengubah kehidupan-nya
secara spektakuler. Mereka dapat hidup, berhasil dan lebih makmur dibandingkan
dengan warga China yang tetap tinggal di negeri induknya. Seringkali dengan
melihat keberhasilan etnis China membuat orang kulit putih merasa iri. Hubungan
antara Amerika dengan China mulai efektif terutama adanya keterkaitan akan
sutera yang memiliki kualitas tinggi yang dibawa oleh pedagang yankee.
Kehidupan awal orang China di Amerika, biasanya mereka adalah
buruh kontrak. Orang China dikenal sebagai pekerja pertanian yang ulet, tekun
dan rapi. Pada umumnya mereka sebagai tenaga kerja yang murah menurut pandangan
Amerika. Dalam perkembangan selanjutnya etnis ini ditakuti sekaligus dibenci
oleh orang-orang Amerika sebagai sesama pekerja.
Kolonisasi Belanda di Amerika
Kolonisasi Belanda di Amerika dimulai pada abad ke-17. Pedagang Belanda
mendirikan pos dagang di Amerika. Namun banyak permukiman Belanda yang direbut
atau ditinggalkan. Belanda berhasil mempertahankan jajahannya di Suriname
hingga kemerdekaannya tahun 1975, dan juga Antilles Belanda
dan Aruba
yang masih merupakan bagian dari Kerajaan Belanda
hingga kini. Di Amerika Utara, koloni Belanda adalah Belanda Baru,
Nieuw Amsterdam
dan Acadie Belanda.
Kolonisasi Courland di Amerika
Courland
adalah negara terkecil yang mengkoloni Amerika dengan koloni di pulau Tobago dari tahun
1654 hingga 1659, dan antara 1660 hingga 1689. Courland memiliki populasi
sebesar 200.000 dan merupakan vassal (bawahan) dari Persemakmuran Polandia-Lituania.
Kolonisasi Denmark di Amerika
Kolonisasi Denmark di Amerika dimulai pada abad ke-17. Denmark
dan bekas uni politik Denmark-Norwegia memiliki kekaisaran kolonial
di Amerika.
Denmark dan Norwegia juga mengklaim Greenland
sejak abad ke-13.
Koloni Denmark terdapat di Greenland
dan Hindia Barat Denmark. Greenland
telah dimukimi oleh orang Nordik
pada tahun 980-an, dan masuk kedalam kekuasaan Norwegia pada abad ke-13.
Kolonisasi Jerman di Amerika
Kolonisasi Jerman di Amerika adalah usaha-usaha untuk menetap di Venezuela
(Klein-Venedig dalam bahasa Jerman), St. Thomas,
Crab Island (Guyana), Nikaragua
dan Tertholen pada abad ke-16 dan ke-17 yang
gagal. Banyak kolonis Jerman yang meninggal akibat penyakit tropis atau
serangan penduduk asli.
Kolonisasi Viking (Nordik) di Amerika
Kolonisasi Viking (Nordik) di
Amerika dimulai pada awal abad ke-10 ketika
pelaut Nordik
(sering disebut sebagai Viking)
mengeksplorasi dan menetap di wilayah Atlantik Utara,
termasuk Amerika Utara bagian timur laut.
Koloni Nordik di Greenland
ada selama hampir 500 tahun, sedangkan koloni di Amerika Utara kecil dan tidak
berkembang menjadi koloni permanen.
Kolonisasi Perancis di Amerika
Kolonisasi Perancis di Amerika dimulai pada abad ke-16, dan berlanjut beberapa abad
kemudian karena Perancis
mendirikan kekaisaran kolonial di belahan bumi barat. Perancis mendirikan
koloni di Amerika Utara timur, kepulauan Karibia
dan Amerika Selatan. Banyak koloni Perancis dikembangkan
untuk mengekspor produk seperti ikan, gula dan bulu.
Perancis mendirikan benteng dan pemukiman yang akan menjadi
kota seperti Quebec dan Montreal di Kanada;
Detroit, Green Bay, St. Louis, Mobile,
Biloxi, Baton Rouge dan New Orleans di Amerika Serikat;
dan Port-au-Prince
dan Cap-Haïtien
di Haiti.
Kolonisasi Portugis di Amerika
Kolonisasi Portugis di Amerika dimulai pada abad ke-15. Portugal
merupakan negara yang melakukan eksplorasi dunia. Perjanjian Tordesillas memisahkan Dunia Baru
kedalam zona Spanyol
dan Portugis tahun 1494. Portugal mengkolonisasi sebagian Amerika Selatan
(kebanyakan Brasil),
namun terdapat usaha untuk menetap di Amerika Utara yang gagal.
Pada tahun 1501 dan 1502, Corte-Real bersaudara
mengeksplorasi Newfoundland dan Labrador dan mengklaimnya
sebagai bagian dari Kekaisaran Portugis. Koloni di Newfoundland dan
Nova Scotia hanya bertahan selama lima tahun. Serangan penduduk asli dan
ekstrimnya suhu merupakan penyebab gagalnya proyek Portugis di Amerika Utara.
Kolonisasi Rusia di Amerika
Kolonisasi Rusia di Amerika terjadi di beberapa tempat di Amerika. Bangsa Eropa
pertama kali melihat pantai Alaska
tahun 1732. Penglihatan pertama kali dilihat oleh Ivan Fedorov dari Rusia, namun ia tidak
mendarat. Pendaratan dilakukan pertama kali tahun 1741 dalam ekspedisi yang
dipimpin oleh Vitus Bering dan Aleksei Chirikov. Koloni
Rusia pertama didirikan pada tahun 1784 oleh Grigory Shelikhov. Russian-American
Company didirikan pada tahun 1799. Puncak populasi koloni Rusia di
Alaska mencapai 40.000. Rusia juga melakukan ekspansi ke British Columbia.
Koloni ini sulit memberi keuntungan karena mahalnya biaya transportasi. Amerika Serikat
membeli Alaska
dari Kekaisaran Rusia seharga $7.200.000 (dua sen
per are) pada tanggal 9 April 1867.
Selain di Alaska, Rusia juga mendirikan koloni hingga di Fort Ross, Kalifornia.
Fort Ross didirikan tahun 1812 dan ditutup tahun 1841.
Kolonisasi Skotlandia di Amerika
Kolonisasi Skotlandia di Amerika meliputi usaha-usaha pendirian koloni Skotlandia
di Amerika Utara,
Darien (Panama) yang gagal. Skotlandia
berusaha mendirikan koloni di Nova Scotia, Cape Breton, New Jersey Timur, Stuarts Town (Carolina),
Darien (Panama) dan Darien, Georgia.
Kolonisasi Spanyol di Amerika
Kolonisasi Spanyol di Amerika merujuk pada proses pemukiman dan kekuasaan politik terhadap
belahan bumi barat yang dilancarkan oleh conquistador
Spanyol.
Dimulai dengan tibanya Christopher Colombus di Amerika tahun 1492,
selama tiga abad Kekaisaran Spanyol meluas dari permukiman kecil
di Karibia menjadi meliputi Amerika Tengah, kebanyakan Amerika Selatan,
Meksiko,
Amerika Serikat Barat Daya, pantai Pasifik
dan Karibia Amerika Utara, bahkan mencapai Alaska.[1]
Pada awal abad ke-19, jajahan Spanyol di Amerika mulai melancarkan gerakan
kemerdekaan, hingga Spanyol kehilangan seluruh koloninya di daratan Amerika
tahun 1825. Sisa koloni Spanyol di Kuba
dan Puerto Riko
diduduki Amerika Serikat akibat Perang Spanyol-Amerika (1898).
Kolonisasi Swedia
di Amerika
Kolonisasi Swedia di Amerika terjadi pada abad ke-17 di wilayah kini dikenal sebagai Delaware,
New Jersey,
Pennsylvania,
dan Maryland,
dan juga dua jajahan di Karibia selama abad ke-18 dan ke-19.
Hingga tahun 1809, Finlandia merupakan bagian dari Swedia, dan banyak penduduk
koloni Swedia berasal dari Finlandia atau berbahasa Finlandia.[1]
Orang Finlandia yang datang ke Amerika berasal dari wilayah Savonia dan Kainuu.
Imigran Swedia terus datang ke Amerika untuk bermukim. Pada pertengahan
abad ke-19 dan awal abad ke-20 terjadi emigrasi Swedia ke Amerika Serikat.
Sekitar 1.3 juta orang Swedia menetap di Amerika Serikat selama periode
tersebut, dan kini terdapat 3.998.310 penduduk Swedia Amerika.
Koloni Swedia Baru (1638-1655) terletak di sekitar Sungai Delaware dengan
pemukiman di Delaware
(contoh Wilmington), Pennsylvania
(contoh Philadelphia)
dan New Jersey
(Contoh New Stockholm dan Swedesboro). Koloni
Swedia ditaklukan oleh Belanda, yang menganggap kehadiran kolonis Swedia di Amerika Utara
sebagai ancaman terhadap Belanda Baru.
Saint-Barthélemy (1785-1878) beroperasi sebagai
porto franco (pelabuhan bebas). Kota Gustavia hingga kini masih
menggunakan nama Swedianya.
Guadeloupe
(1813-1814) menjadi jajahan Swedia sebagai akibat dari Peperangan era Napoleon.
DAFTAR PUSTAKA
Sutiyah, 1996, Sejarah Amerika II,
Surakarta, UNS.Press
Yb. Yurahman, 2002, Sejarah Amerika
II, Yogyakarta, Widya Sari Press
Id.wikipedia.org, diakses pada 25 Februari 2014, pukul 20:04
Comments
Post a Comment